Minggu, 03 November 2013

instrumen tes



A.     Instrumen Tes
1. Pengertian Tes
Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Tes meerupakan bagian tersempit dari penilaian menurut Djemari dalam Widoyoko (2010:45) tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui stimulus atau pertanyaan. Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar yang bersifat hard skills.
2. Bentuk-bentuk Tes
Dalam lembaga pendidikan menurut system penskoran dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan subjektif. Tes objektif adalah tes yang penskorannya bersifat objektif, yaitu hanya dipengaruhi oleh objek jawaban atau respons yang diberikan oleh peserta tes. Tes subjektif adalah tes yang penskorannya dipengaruhi oleh jawaban maupun respons peserta tes dan dipengaruhi oleh subjektivitas pemberi skor.
a.       Tes Objektif
Tes Objektif adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih oleh peserta tes. Penskoran jawaban peserta tes dapat dilakukan secara objectif oleh pemeriksa, sehingga tidak perlu dilakukan oleh manusia dan dapat dilakukan oleh mesin misalnya skaner. Dengan demikian hasil tes dapat dilakukan secara objectif.

Kelebihan tes objectif
1)      Lebih representative mewakili isi dan luas bahan.
2)      Lebih mudah memeriksanya.
3)      Pemeriksaan dapat diserahkan kepada orang lain.
4)      Tidak ada unsure subyektif yang mempengaruhi dari segi Guru atau Siswa.
Kelemahan tes objectif
1)      Membutuhkan persiapan yang lebih matang
2)      Butir-butir soal cenderung mengungkap ingatan dan pengenalan kembali
3)      Banyak kesempatan siswa untung-untungan dalam menjawab soal tes.
4)      Kerjasama antar siswa saat mengerjakan tes lebih terbuka.
Cara mengatasi kelemahan
1)      Banyak berlatih menyusun soal agar semakin terampil
2)      Menggunakan table spesifikasi kelemaha no.1 dan no.2
3)      Menggunakan standar penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan yang bersifat spekulatif.
Secara umum ada 3 tipe tes objektif yaitu:
1)      Benar salah (True false)
2)      Menjodohkan (Matching)
3)      Pilihan ganda ( Multiple choice)
a)    Tipe Benar Salah
Tipe benar salah yaitu tes yang butir soalnya terdiri dari pernyataan yang disertai dengan alternatf jawaban yaitu: jawaban atau pernyataan yang benar dan yang salah. Peserta diminta untuk melingkari huruf B jika jawaban benar dab huruf S jika jawaban salah.
Contoh: B-S , Kabupaten Sleman terletak di kabupaten Jawa Tengah.
b)   Tipe Menjodohkan
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjuk tes menjodohkan seperti, memasangkan atau mencocokan. Peserta tes diminta untuk menjdohkan antara jawaban dengan pertanyaan yang cocok.
Contoh: Pasangkanlah pernyataan yang ada pada lajur kiri dengan pernyataan yang ada pada lajur kanan dengan cara menuliskan huruf yang ada dimuka lajur kanan pada titik-titik pada lajur kiri.
1. Ibu kota Provinsi Jawa Timur….                                           A. Denpasar
2. Ibu kota Provinsi Jawa Tengah ….                                        B. Surabaya
                                                                                                C. Semarang
c)    Tipe Pilihan Ganda
Tes dimana setiap butir soal memiliki jumlah alternative jawaban lebih dari satu, pada umumnya berkisar antara dua sampai lima. Setiap tes  pilihan ganda terdiri dari 2 bagian yaitu:
1. pernyataan atau disebut stem
2. alternative pilihan jawaban atau disebut option.
Contoh. Di pulau Sumatra terdapat beberapa buah danau  salah satunya memiliki ciri yaitu terdapat pulau kecil di tengah danau. Apa nama danau itu?
A. Danau Singkarak
B. Danau Toba
C. Danau Kelimutu
D. Danau Sentani
E. Danau Sigura- gura.

Diantara subjektivitas yang dapat memengaruhi hasil penskoran hasil tes diantaranya adalah:
a)      Ketidakkonsistenan Penilai (Rater unreability)
Kondisi penilai baik fisik maupun psikis akan mempunyai pengaruh terhadap skoring jawaban siswa. Jawaban tes yang dinilai oleh guru dalam kondisi lelah akan berbeda jawabannya dengan saat guru masih sehat. Begitu juga dengan kondisi psikis sang guru yang mungkin sedang kalut pasti akan berpengaruh terhadap pemberian skor.
b)      Halo Effect
Kesan guru terhadap siswa juga akan berpengaruh terhadap pemberian skor. Misalnya, siswa yang memiliki prestasi menonjol dan patuh akan memiliki nilai yang lebih baik daripada siswa yang memiliki nilai kurang baik dan bandel.
c)      Pengaruh Urutan Pemeriksaan (Order Effect)
Urutan pemeriksaan terhadap lembar jawaban siswa kadang- kadang juga akan berpenagruh terhadap nilai. Guru cenderung memberi skor yang baik setelah ada siswa yang nilainya baik, apabila lembar tes yang diperiksa memiliki skor yang rendah, maka lembar tes yang selanjutnya akan cenderung memiliki nilai yang rendah pula.
d)      Pengaruh bentuk tulisan dan bahasa (mechanic and language effect)
Bentuk tulisan yang sulit dibaca  guru maupun penggunaan bahasa yang kurang jelas akan mengurangi sekor jawaban tes yang diberikan.
b.    Tes Subjekif
Tes subjektif, pada umumnya terbentuk uraian (esai) tes bentuk uraian adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang pengerjaan soal harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes. Cirri khas tes uraian adalah jawaban  yang disusun sendiri oleh peserta tes. Jumlah soal sekitar 5-10 butir dengan lama pengerjaan kira-kira 90-120 menit. Bentuk soal ini menuntut peserta tes untuk mengorganisir, menginterpretasi, mengingat-ingat, dan terutama harus mempunyai daya kreatifitas yang tinggi. Secara umum tes uraian dibagi menjadi 2 yaitu; 1. Tes uraian bebas/ uraian terbuka (extended response) dan tes uraian terbatas (restricted response)
a)      Tes uraian bebas
Tes uraian bebas merupakan bentuk tes uraian yang memberikan kebebasan kepada peserta tes untuk menuangkan pikiran dan gagasan dalam menjawab soal tes. Jawaban peserta tes lebih terbuka, fleksibel, dan tidak terstrukturu Peserta dituntut menyusun jawaban yang logis dan menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh orang lain. Untuk soal seperti ini baik sekali untuk mengukur hasil belajar pada tingkatan aplikasi, analisis, evaluasi, dan kreatifitas.
Contoh:            Jelaskan pengertian pendidikan keluarga!
                        Jelaskan pengertian evaluasi!
b)      Tes uraian terbatas.
Tes uraian terbatas merupakan bentuk tes yang memberikan rambu-rambu tertentu terhadap peserta tes dalam menjawab soal. Batasan atau rambu tersebut mencakup format, isi, dan ruang lingkup jawaban. Butir soal jenis uraian bebas terbatas sebaiknya digunakan untuk mengukur hasil belajar tingkat pemahaman, aplikasi, dan analisis.
Contoh : Ada beberapa metode dalam pengajaran kemudian pilih salah satu dan jabarkan!
Ada dua ragam uraian terbatas yaitu: tipe jawaban melengkapi dan tipe jawaban singkat.
~ Tipe jawaban melengkapi
Contoh : Bertambahnya ketinggian  pada atmosfer bumi akan menurunka temperatur udara di daerah…
~ Tipe jawaban singkat
Contoh: Berapakah jumlah kabupaten di Jawa Timur?
B.     Instrumen Non Tes
Penilaian hasil belajar tidak hanya menggunakan tes, tetapi dapat juga dilakukan melalui alat atau instrument bukan tes, seperti pedoman observasi, skala sikap, daftar cek dan catatan anekdotal. Instrument untuk memperoleh informasi hsil belajar non tes digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skills dan vocational skills.
1.      Bagan Partisipasi
Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran adalah keikutsertaan secara sukarela oleh peserta didik dalam pembelajaran. Keikutsertaan merupakan salah satu usaha memudahkan peserta didik untuk memahami konsep yang sedang dibicarakan dan meningkatkan daya tahan ingatan mengenai suatu isi pelajaran. Untuk itulah partisipasi(sukarela) merupakan bagian dari tujuan proses belajar mengajar. Kemauan untuk berpartisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu indikasi tentang kemampuan peserta didik untuk menyesuaikan diri dengan kelompoknya. Bagan partisipasi ini terutama berguna untuk mengamati diskusi kelas.




PARTICIPATION CHARTS
Mata Pelajaran :…………………………………
Topik                           :…………………………………
Tanggal                        :…………………………………
Waktu                          :…………………………………

Tabel 1
No
Nama
Kualitas Kontribusi
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
1
Ani Puspa
IIII
II
-
-
2
Andi Kurniawan
II
III
I
I
3
Cucu Hendika
III
I
-
-
4
Ali Santoso
I
II
II
I
5
Budi Setiawan
-
I
I
-
Contoh Participation Charts


2.      Daftar Cek ( check lists)
Cek list pada dasarnya adalah untuk menyatakan ada atau tidaknya  suatu unsur, komponen, tait, karakteristik, atau kejadian dalam suatu peristiwa, tugas atau satu kesatuan yang kompleks. Jadi cek list pengamat hanya menyatakan ada atau tidak adanya suatu hal yang diamati, bukan memberi peringkat atau derajat kualitas hal tersebut. Cek list  makin besar manfaatnya bila tersusun baik komponen yang penting maupun komponen yang dianggap tak berarti (trivial)
Contoh:
No
Aspek yang diamati
Cek
1

2
3
Memperlihatkan keinginan untuk menyenangkan  guru atau orang lain.
Menyatakan rasa gembira secara lisan.
Menyatakan sedih secara lisan


3.      Skala lajuan (Rating scale)
Rating scale adalah instrument pengukuran non tes yang menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang diobservasi. Ada empat tipe rating scale yaitu: numerical rating scale, descriptife, grapich rating scale, rangking method rating scale, dan paired comparitions rating scale. dari keempat tipe tersebut hanya  numerical rating scale, descriptife rating scale  yang paling banyak digunakan

4.      Skala Sikap
untuk memahami pengukuran sikap, pertama-tama harus dikuasai pengertian sikap. Sikap adalah tendensi mental yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan atau pemahaman, perasaan da tindakan atau tingkah laku ke arah positif  maupun negatif ke arah objek. Definisi tersebut mencakup tiga aspek, yaitu kognisi, afeksi, konasi. Kognisi berkaitan dengan tingkat pengetahuan, pemahaman maupun keyakinan tentang objek, afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek dan konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat atau bertingkah laku sehubungan dengan objek. Ada empat bentuk skala sikap, antara lain: skala Likert, skala Thurstone, skala Guttman, dan semantic differential.

5.      Penilaian Berbasis Portofolio
Penilaian berbasis portofolio merupakan pendekatan baru yang akhir-akhir ini sering diperkenalkan para ahli pendidikan untuk dilaksanakan di sekolah selain pendekatan penilaian yang telah lama digunakan. Portofolio dapat diartikan sebagai kumpulan karya peserta didik dalam kurun waktu tertentu yang menunjukkan usaha, perkembangan dan prestasi belajar. Menurut Hart (1994), penyusunan portofolio yang baik mempunyai empat tujuan, yaitu:
a)      teachers to assess students growth and progress
b)      parents and teachers to communicate more effectifely about a student’s work
c)      teachers and supervisors to evaluate instructional programs
d)      students to become partners with teachers in the assessment process

Prinsip Dasar Penilaian Proses dan Hasil
Penilaian berbasis portofolio menerapkan prinsip penilaian proses dan hasil sekaligus. Proses yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan perilaku harian atau catatan anekdot mengenai sikap siswa dalam belajar, antusias tidaknya mengikuti pelajaran, dan sebagainya.

Tidak ada komentar: