PENGELOLAAN PROGRAM PELATIHAN
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengelolaan
Program PLS
yang
dibina oleh Drs.
Lasi Purwito
Oleh
Adam Abyatma
110141405801
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
September 2013
A. Manajemen Alat dan Sarana Program
Pelatihan
Sarana
adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud
atau tujuan. Dalam pelaksanaan pelatihan pastinya membutuhkan alat untuk
dijadikan penunjang kegiatan pelatihan misalnya alat peraga. Alat peraga
digunakan untuk mempemudah instruktur/tutor pelatihan untuk menyampaikan materi
pelatihan. Pemakaian alat peraga dapat membantu peserta lebih mudah memahami
karena alat itu sudah dibuat sedemikian rupa yang sesuai dengan bagian
pelatihan.
Menurut
Sudjana, 2009 “Alat peraga pendidikan adalah suatu alat yang dapat diserap oleh
mata dan telinga dengan tujuan membantu trainer agar proses belajar mengajar
peserta pelatihan lebih efektif dan efisien”.
Wijaya
dan Rusyan, 1994 “ Alat peraga pendidikan adalah media pendidikan berperan
sebagai perangsang belajar dan dapat menumbukan motivasi belajar sehingga
peserta pelatihan tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar.
Sumad,
1972, mengemukakan bahwa alat peraga atau AVA adalah alat untuk memberikan
pelajaran atau yang dapat diamati melalui panca indera. Alat peraga meruapakan
salah satu dari media pendidikan untuk membantu proses belajar mengajar agar
proses komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif.
Dapat
saya tarik kesimpulan bahwa alat peraga yaitu alat penunjang kegiatan agar
berhasil sesuai dengan tujuan awal dari suatu kegiatan.
1.
Alat peraga dapat dibedakan menjadi 2
macam yaitu:
a.
Alat peraga langsung, yaitu jika trainer
menerangkan dengan menunjukkan benda sesungguhnya. (trainer pelatihan menjahit
membawa mesin jahit mini ke dalam kelas)
b.
Alat peraga tidak langsung, yaitu jika
trainer mengadakan penggantian atau membawa model dari benda sesungguhnya.
(trainer pelatihan otomotif memperlihatkan miniatur bentuk-bentuk mesin kepada
peserta kemudian menunjukkan bentuk aslinya melalui foto)
Penggunaan
media yang menunjang proses belajar dapat dilakukan dengan mengkombinasikan
berbagai media sehingga menjadi suatu yan bisa mewakili media-media yang ada.
Beberapa media yang dikenal yaitu media visual, media audio, dan media cetak.
2.
Kendala dalam menentukan media pelatihan
antara lain :
a.
Waktu
Keterbatasan waktu dalam pembelajaran dengan menggunakan
metode, dan masing-masing metode memerlukan penggunaan media yang beda durasi
waktunya
b.
Dana
Penerapan metode-metode pengajaran dapat menyebabkan
perbedaan penggunaan dana dalam menentukan media yang cocok
c.
Sumber
Setiap media mengguanakan sumber yang berbeda dan
hal ini membutuhkan keterampilan tertentu
Peran media diklat adalah untuk
meningkatkan, mendukung, dan mengarahkan perhatian peserta pada materi
pembelajaran yang disajikan. Media harus mendukung pembelajaran dan digunakan
untuk memperkuat pemahaman peserta pelatihan. Media, bisa menjadi alat diklat
yang potensial jika dipergunakan dengan tepat.
3.
Gedung dan Sarana Kelas
Ruang
belajar yang tersedia dapat dibagi menjadi ruang kelas bear dengan kapasitas
300/400 orang, ruang kelas sedang dengan kapasitas 40/50 orang, dan ruang kelas
kecil dengan kapasitas 15/20 orang peserta. Pada umumnya kegiatan suatu diklat
yang didasarkan pada prinsip andragogi memiliki karakteristik fleksibilitas sehingga ruang belajarnyapun diperlukan ruang
belajar yang mudah diubah sesuai dengan kebutuhan widyaiswara.
Salah
satu yang paling penting adalah menghitung berapa luas ruangan yang dibutuhkan
oleh seorang peserta. Perhitungan luas ruangan bagi setiap peserta termasuk
penempatan meja kursi, akses daya jangkau dan kepastian untuk alat-alat
pelajaran/media seperti OHP/proyektor, papan tulis, dan sound system.
The
Rocking Mountain Association of Meeting Planners merekomendasikan tentang luas
ruangan untuk setiap peserta sebagai berikut:
a.
Ruang seminar 50 m
b.
Ruang kelas 35 m
c.
Teater 25 m
d.
Ruang makan 30 m
e.
Ruang serba guna 25 m
Untuk layar OHP/proyektor disarankan jarak terbaik
adalah 2 kali lebar layar dari baris terdepan tempat duduk peserta dan tidak kurang
dari 6 kali lebar layar dari baris belakang. Meja dan kursi sebaiknya berbenuk
geometris sehingga sesuai dengan fleksibilitas yang dituntut widyaiswara.
Bentuk geometris (persegi panjang, persegi empat/ bujur sangkar, limas) untuk
meja peserta.
Kursi peserta sebaiknya yang dapat berputar atau
kursi ringan agar peserta dapat menyesuaikan diri dengan situasi kelas.
Penerangan,
harus memenuhi persyaratan bagi proses belajar-mengajar tidak menimbulkan rasa
kurang nyaman atau menghalangi pandangan ke depan atau menimbulkan kerusakan
mata peserta. Cahaya matahari dapat masuk sehingga suasana kelas menjadi lebih
terang. Khusus untuk ruang pemutaran film dan video berada di ruangan
tersendiri.
Ventilasi
sebagai tempat sirkulasi udara dianggap penting, karena mencegah terjadinya
pengap gara-gara udara yang bersih terhalang masuk ke dalam ruangan. Hal ini
juga dapat mengatur suhu ruang agar tidak terlalu panas atau dingin.
Pengaturan ruang
Kelas
Penggunaan kursi
yang ringan dimaksudkan untuk mempermudah peserta didik untuk berpindah tempat.
Peserta dapat mengenal teman yang lain lebih akrab. Peserta dapat bergantian
duduk sehingga tidak membosankan dan mengurangi kejenuhan fisik.
Ada beberapa
macam bentuk yang dikenal:
a.
Bentuk lingkaran tanpa meja
Dalam bentuk ini disediakan tempat bagi sang
pemimpin, jarak antara peserta dengan pimpinan sedemikian rupa sehingga tampak
adanya seorang peserta yang dominan.
b.
Bentuk lingkaran teratur
c.
Bentuk lingkaran memakai meja
Bentuk ini menjadikan tempat menjadi sempit
d.
Bentuk segi empat
Membentuk ruang kosong di tengah
e.
Bentuk persegi panjang
Meja dan kursi disusun sedemikian rupa hingga saling
berhimpit dan tidak ada ruang yang tersedia
f.
Bentuk huruf U
Lebih mudah dalam menjalin komunikasi tutor dengan
peserta
g.
Bentuk Kabaret
Bentuk ini baik untuk diskusi besar
h.
Bentuk Titik Tersebar
Bentuk ini cocok untuk kegiatan pribadi, pembentukan
tim, bermain peran
i.
Bentuk Ruang Kelas Observasi
Bentuk ini terdiri dari meja yang memanjang. Tutor
mempunyai kemungkinan untuk mengawasi peserta
Sarana dan prasarana pelatihan disiapkan sesuai
dengan tujuan, sasaran, program, dan materi pelatihan yang bersangkutan. Sarana
adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap proses
pemebelajaran misalnya media pembelajaran, alat pembelajaran. Prasarana adalah
segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses
belajar, misalnya penerangan, kamar kecil, pengeras suara. Kelengkapan sarana
dan prasarana dapat membantu pengajar dalam proses belajar. Sehingga sarana dan
prasarana merupakan komponen yang penting dalam pelatihan.
4.
Sarana yang dibutuhkan untuk
penyelenggaraan program pelatihan:
a.
Alat pelajaran yang terdiri dari
pembukuan ( buku paket maupun buku penunjang), alat-alat peraga dan
laboratorium.
b.
Media pendidikan seperti LCD proyektor,
computer, AC, white board.
c.
Bahan habis pakai untuk menunjang proses
belajar (tergantung jenis pelatihan)
d.
Perlengkapan lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran (tergantung jenis pelatihan)
5.
Prasarana yang dibutuhkan untuk
penyelenggaraan program pelatihan
a.
Ruang administrasi
b.
Ruang penunjang seperti tempat ibadah,
ruang serbaguna, koperasi, tempat parkir, kamar mandi
6.
Pemeliharaan sarana dan prasarana
pelatihan:
a.
Berdasarkan kurun waktu
1)
Pemeliharaan sehari-hari, pemeliharaan
ini dilakukan setiap hari yang dilakukan oleh pegawai yang bertanggung jawab
terhadap barang, contoh: pelatih mengemudi yang diserahi mobil bertanggung
jawab terhadap keseharian mobil mulai dari mencuci atau mengelap.
2)
Pemeliharaan berkala, pemeliharan ini
dilaksanakan pada tempo tertentu. Misalnya 2-3 bulan sekali, contoh: pelatih
mengemudi yang diserahi mobil bertanggung jawab terhadap servis dang anti oli
berkala.
b.
Berdasarkan umur penggunaan
1)
Usia barang secara fisik, setiap barang
terutama barang elektronik dan mesin memiliki batas waktu tertentu dalam
penggunaannya. Dilihat dari segi fisik apakah sudah terlihat usang atau belum.
2)
Usia barang secara administratif, dalam
pelaksanaan sehari-hari jarang ditemui barang yang kondisi fisiknya 0%.
Biasanya dilihat pada segi umur administratifnya, setelah 5 tahun akan
digantikan dengan barang yang baru untuk mengurangi biaya-biaya pemeliharaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar